Sunday, May 3, 2015

:: Mampukah Ayah mengurus si kecil? :: Anak adalah anugerah terbesar untuk setiap orangtua. Kerja sama antar suami dan istri teramat penting dalam perkembangan optimal bagi anak. Namun, kebanyakan ibu sulit memercayai suaminya untuk mengurus anak. "Bukan begitu caranya dong, sudah sata saja," atau, "Hati-hati gendongnya, nanti sakit." Kalimat-kalimat inilah biasanya yang menyebabkan para ayah malas turut campur dalam urusan anak. Setiap ibu harus ingat bahwa suami adalah ayah anak-anak Anda. Ia tidak akan mencelakakan anaknya sendiri, dan tidak akan mau melihat anaknya sakit. Cintanya kepada anak sama besarnya dengan cinta ibu kepada anak. Memang kadang gemas melihat tangan besarnya kaku saat menggendong anak. Kebanyakan ayah biasanya juga "mengacaukan" pola pendidikan yang sudah diterapkan dengan tegas oleh ibu. Misalnya memperbolehkan anak makan permen, padahal biasanya sudah dilarang. Atau tidak tahan dengan rengekan anak, dan membelikan mainan yang diminta, padahal sebelumnya sudah tidak diperbolehkan. Sesungguhnya, hal itu hanya perkara kecil yang bisa diselesaikan dengan bicara baik-baik. Saat sudah kadung terjadi, biarkan saja. Tapi nanti, di lain waktu, ibu bisa menegur ayah dengan lembut dan menjelaskan dengan alasan-alasan yang masuk akal. Menghadapi rengekan anak, misalnya, jika ayah merasa tidak tega, ayah bisa menyingkir sementara ibu menghadapi rengekan tersebut. Nanti saat anak sudah berhenti merengek, kembalikan lagi pada ayahnya. Tidak perlu langsung menegur ayah di depan anak yang sedang rewel, karena hanya akan menimbulkan pertengkaran. Berikan juga pujian saat ayah mau membantu mengurus anak. Kadang para ayah punya caranya sendiri, dan tidak selalu buruk. Biarkan ayah belajar sendiri cara menggendong bayi dan memandikan anak. Ayah dan ibu yang senantiasa akur dan saling mendukung, akan menciptakan keluarga yang amat kuat dan suportif. Hal ini akan membangun rasa percaya diri anak dan tentu anak akan merasa bahagia. Para ayah akan merasa yakin bahwa ia juga mampu mengurus anak. Suatu hari nanti, hal itu akan menjadi kebanggaannya saat si anak sudah besar. Ia akan dengan bangga menyatakan bahwa dulu, waktu anak masih kecil, ia turut memandikan, menyuapi, memasak makanan, dan banyak menghabiskan waktu dengan si anak. Dan tentu anak juga akan bangga terhadap ayah, dan akan amat menghargai ayahnya. Meski sibuk bekerja, ayah selalu punya waktu untuk menjaga dirinya. Anak akan merasa dimiliki dan memiliki ayahnya, meski sepanjang ingatannya ayah sibuk bekerja. Rasa cinta inilah pencapaian terpenting dalam menjaga keutuhan keluarga. Maka, tidak ada salahnya membiarkan ayah mengasuh anak dengan caranya sendiri. Patut juga diingat bahwa peran ayah sama pentingnya dengan ibu dalam tumbuh kembang anak. John Gottman dan Joan De Claire dalam buku "Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosional" mengungkapkan bahwa keterlibatan ayah dalam perkembangan anak laki-laki menghasilkan kesuksesan serta prestasi akademis. Sedangkan bagi anak perempuan, membuat anak cenderung tidak longgar dalam aktivitas seksual dan lebih mampu membangun hubungan yang sehat ketika dewasa. Lagipula ibu juga butuh istirahat sesekali kan? Jadi, apa salahnya memercayakan anak di tangan ayah? Please Like and Share !! | Jual Barang Lucu Unik Murah China Harga Grosir


:: Mampukah Ayah mengurus si kecil? :: Anak adalah anugerah terbesar untuk setiap orangtua. Kerja sama antar suami dan istri teramat penting dalam perkembangan optimal bagi anak. Namun, kebanyakan ibu sulit memercayai suaminya untuk mengurus anak. "Bukan begitu caranya dong, sudah sata saja," atau, "Hati-hati gendongnya, nanti sakit." Kalimat-kalimat inilah biasanya yang menyebabkan para ayah malas turut campur dalam urusan anak. Setiap ibu harus ingat bahwa suami adalah ayah anak-anak Anda. Ia tidak akan mencelakakan anaknya sendiri, dan tidak akan mau melihat anaknya sakit. Cintanya kepada anak sama besarnya dengan cinta ibu kepada anak. Memang kadang gemas melihat tangan besarnya kaku saat menggendong anak. Kebanyakan ayah biasanya juga "mengacaukan" pola pendidikan yang sudah diterapkan dengan tegas oleh ibu. Misalnya memperbolehkan anak makan permen, padahal biasanya sudah dilarang. Atau tidak tahan dengan rengekan anak, dan membelikan mainan yang diminta, padahal sebelumnya sudah tidak diperbolehkan. Sesungguhnya, hal itu hanya perkara kecil yang bisa diselesaikan dengan bicara baik-baik. Saat sudah kadung terjadi, biarkan saja. Tapi nanti, di lain waktu, ibu bisa menegur ayah dengan lembut dan menjelaskan dengan alasan-alasan yang masuk akal. Menghadapi rengekan anak, misalnya, jika ayah merasa tidak tega, ayah bisa menyingkir sementara ibu menghadapi rengekan tersebut. Nanti saat anak sudah berhenti merengek, kembalikan lagi pada ayahnya. Tidak perlu langsung menegur ayah di depan anak yang sedang rewel, karena hanya akan menimbulkan pertengkaran. Berikan juga pujian saat ayah mau membantu mengurus anak. Kadang para ayah punya caranya sendiri, dan tidak selalu buruk. Biarkan ayah belajar sendiri cara menggendong bayi dan memandikan anak. Ayah dan ibu yang senantiasa akur dan saling mendukung, akan menciptakan keluarga yang amat kuat dan suportif. Hal ini akan membangun rasa percaya diri anak dan tentu anak akan merasa bahagia. Para ayah akan merasa yakin bahwa ia juga mampu mengurus anak. Suatu hari nanti, hal itu akan menjadi kebanggaannya saat si anak sudah besar. Ia akan dengan bangga menyatakan bahwa dulu, waktu anak masih kecil, ia turut memandikan, menyuapi, memasak makanan, dan banyak menghabiskan waktu dengan si anak. Dan tentu anak juga akan bangga terhadap ayah, dan akan amat menghargai ayahnya. Meski sibuk bekerja, ayah selalu punya waktu untuk menjaga dirinya. Anak akan merasa dimiliki dan memiliki ayahnya, meski sepanjang ingatannya ayah sibuk bekerja. Rasa cinta inilah pencapaian terpenting dalam menjaga keutuhan keluarga. Maka, tidak ada salahnya membiarkan ayah mengasuh anak dengan caranya sendiri. Patut juga diingat bahwa peran ayah sama pentingnya dengan ibu dalam tumbuh kembang anak. John Gottman dan Joan De Claire dalam buku "Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosional" mengungkapkan bahwa keterlibatan ayah dalam perkembangan anak laki-laki menghasilkan kesuksesan serta prestasi akademis. Sedangkan bagi anak perempuan, membuat anak cenderung tidak longgar dalam aktivitas seksual dan lebih mampu membangun hubungan yang sehat ketika dewasa. Lagipula ibu juga butuh istirahat sesekali kan? Jadi, apa salahnya memercayakan anak di tangan ayah? Please Like and Share !! Mau beli produk inovatif yang lucu unik dan murah dari China dengan harga termurah? Beli aja di Voilon

Ayo Like juga Fanspage kami >>> Voilon

No comments:

Post a Comment