Sunday, July 12, 2015

:: Membuang Ibu :: Pernahkah Sahabat FamilyGuide mendengar kisah “Ubasuteyama”? Mungkin tidak. Kita lebih mengenal cerita tentang Doraemon atau Naruto. Tapi tidak apa, catatan pendek ini akan membahas tentang Ubasuteyama ini. Dalam bahasa Jepang, artinya “Gunung Pembuangan Nenek”. Konon pada jaman dahulu, di Jepang memang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang yang sudah lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya. Tiap tahunnya dikisahkan selalu ada saja anak yang “membuang” ibunya karena kondisi kesehatan yang tak memungkinkan lagi dan dianggap “merepotkan”. Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang.Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini. “Bu, kita! sudah sampai”,kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya. Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:”Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibumiliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang. “Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan”. Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia. Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jikalau ada waktu saja. Kiranya cerita di atas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, di saat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini. Please Like and Share !! | Jual Barang Lucu Unik Murah China Harga Grosir


:: Membuang Ibu :: Pernahkah Sahabat FamilyGuide mendengar kisah “Ubasuteyama”? Mungkin tidak. Kita lebih mengenal cerita tentang Doraemon atau Naruto. Tapi tidak apa, catatan pendek ini akan membahas tentang Ubasuteyama ini. Dalam bahasa Jepang, artinya “Gunung Pembuangan Nenek”. Konon pada jaman dahulu, di Jepang memang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang yang sudah lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya. Tiap tahunnya dikisahkan selalu ada saja anak yang “membuang” ibunya karena kondisi kesehatan yang tak memungkinkan lagi dan dianggap “merepotkan”. Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang.Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini. “Bu, kita! sudah sampai”,kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya. Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:”Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibumiliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang. “Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan”. Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia. Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jikalau ada waktu saja. Kiranya cerita di atas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, di saat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini. Please Like and Share !! Mau beli produk inovatif yang lucu unik dan murah dari China dengan harga termurah? Beli aja di Voilon

Ayo Like juga Fanspage kami >>> Voilon

:: 5 Cara Membantu Seseorang Mengontrol Emosi :: Jika seseorang yang Anda kenal kesulitan mengontrol amarahnya, luapan kemarahannya yang tidak menentu dan bergejolak dapat menakutkan dan tak terlupakan. Anda mengasihi dan peduli kepada orang ini, namun sikapnya mungkin tidak dapat ditolerir. Menjaga hubungan baik dengan teman, pasangan atau anak Anda dengan bijaksana sementara membiarkan mereka mengetahui ada masalah besar yang menggunung adalah tugas yang rumit. Namun dengan pengetahuan dan cara yang benar, Anda dapat membantu orang yang Anda kasihi menerima bantuan untuk mengatasi kemarahannya. 1. Meredakan Anda mungkin mengetahui apa yang membuat orang yang Anda kasihi kesal, jadi hindari pemicu tersebut sebisa mungkin. Jangan dengan sengaja memicu pertengkaran. Jangan membangkitkan masalah atau perdebatan. Dan jika Anda mengetahui orang lain melakukannya, cobalah untuk menjadi penengah dan orang yang meredakan amarah orang yang Anda kasihi. Cobalah untuk tidak membiarkan orang lain dengan sengaja memicu kemarannya. Redakan ketegangan dan tensi ke tingkat pembicaraan normal, dari suhu didih ke suhu ruangan. 2. Perspektif obyektif Jadikan sudut pandang Anda bersih dan obyektif. Jangan bermain di dalam versi orang tersebut mengenai suatu peristiwa. Orang-orang dengan masalah amarah biasanya melihat diri mereka sebagai korban―dari keadaan, kecurangan, serangan dan emosi mereka sendiri. Pastikan Anda mengingatkan orang yang Anda kasihi mengenai suatu peristiwa sebagaimana yang terjadi, bukan seperti yang orang lain ingatkan kepada mereka. Jangan biarkan siapa pun mengaburkan pandangan Anda, atau menekan Anda untuk menjadi percaya hanya pada satu sisi dari cerita. 3. Tenangkan Selama atau setelah sebuah kejadian, biarkan kemarahan reda sebelum menghadapi mereka jika Anda bisa. Ambilah jeda, tinggalkan dia sendiri untuk sementara waktu. Jangan biarkan masalah berlalu, namun biarkan momennya berlalu. Berikan semua orang yang terlibat waktu untuk mengalihkan perhatian mereka, atau berkaca pada insiden yang mereka sebabkan terjadi. 4. Pengendalian emosional Ingatkan orang yang Anda kasihi bahwa setiap orang bertanggung jawab atas emosi mereka sendiri. Mereka tidak dapat mengendalikan apa pun di dunia. Mereka hanya dapat mengendalikan diri mereka sendiri. Jika seseorang marah terhadap sesuatu, itu adalah masalah yang hanya orang tersebut dapat atasi. Masalahnya bukanlah pada setiap orang, pada hal apa pun atau seluruh dunia. Masalahnya adalah amarah itu sendiri. Akan selalu ada banyak situasi yang tidak nyaman dan tidak diinginkan terjadi dalam kehidupan kita dan amarah tidak dapat menjadi reaksi utama kita terhadap semua hal itu. 5. Mengatur amarah Sarankan untuk mengikuti kelas anger management class. Jika luapan amarah dapat menyebabkan cidera fisik atau kerusakan barang-barang, hal ini dapat menyeretnya ke pengadilan. Namun adalah lebih baik bagi seseorang untuk mencari bantuan untuk masalah kemarahan dengan suka rela sebagai langkah pencegahan, alih-alih sebagai hukuman untuk perilaku kriminal mereka di masa lalu. Saya pribadi menjaga jarak dari orang-orang yang terlihat memiliki kesulitan mengendalikan amarah. Itu adalah gejala bagi masalah yang lebih besar, suatu masalah yang orang itu harus bekerja keras untuk sembuhkan. Ketika seseorang di sekitar saya menjadi agresif, manipulatif, berteriak atau bertindak kasar, saya menjadikan perilaku tersebut terlihat jelas. Dan memberitahu orang tersebut bahwa saya tidak akan mentoleransi itu. Pada umumnya, tindakan itu menutup pintu pagi berkembangnya perilaku yang buruk tersebut. Orang–orang biasanya menyadari dengan cepat bahwa saya tidak akan menerima perilaku mereka yang tidak pantas dan mengubah perilaku mereka kepada saya di masa datang. Kadang-kadang orang-orang dengan sederhana mengalihkan emosi yang salah saat ini kepada orang lain. Seseorang yang mereka ketahui akan menerimanya. Marah, orang yang bersikap kasar mengetahui siapa saja yang mereka dapat kasari, dan siapa yang mereka tidak dapat kasari. Jika Anda membiarkan mereka mengambil keuntungan dari waktu, perhatian dan kepedulian Anda, mereka akan mengambilnya. Tunjukkan kepada mereka bahwa Anda peduli kepada mereka, namun jangan biarkan mereka merenggut kebahagiaan Anda. Berikan mereka alasan untuk cukup peduli mengenai diri mereka sendiri dan orang-orang yang mengasihi mereka untuk mendapat bantuan. Semua yang mereka perlu lakukan adalah untuk meminta bantuan, atau menerimanya. Please Like and Share !! | Jual Barang Lucu Unik Murah China Harga Grosir


:: 5 Cara Membantu Seseorang Mengontrol Emosi :: Jika seseorang yang Anda kenal kesulitan mengontrol amarahnya, luapan kemarahannya yang tidak menentu dan bergejolak dapat menakutkan dan tak terlupakan. Anda mengasihi dan peduli kepada orang ini, namun sikapnya mungkin tidak dapat ditolerir. Menjaga hubungan baik dengan teman, pasangan atau anak Anda dengan bijaksana sementara membiarkan mereka mengetahui ada masalah besar yang menggunung adalah tugas yang rumit. Namun dengan pengetahuan dan cara yang benar, Anda dapat membantu orang yang Anda kasihi menerima bantuan untuk mengatasi kemarahannya. 1. Meredakan Anda mungkin mengetahui apa yang membuat orang yang Anda kasihi kesal, jadi hindari pemicu tersebut sebisa mungkin. Jangan dengan sengaja memicu pertengkaran. Jangan membangkitkan masalah atau perdebatan. Dan jika Anda mengetahui orang lain melakukannya, cobalah untuk menjadi penengah dan orang yang meredakan amarah orang yang Anda kasihi. Cobalah untuk tidak membiarkan orang lain dengan sengaja memicu kemarannya. Redakan ketegangan dan tensi ke tingkat pembicaraan normal, dari suhu didih ke suhu ruangan. 2. Perspektif obyektif Jadikan sudut pandang Anda bersih dan obyektif. Jangan bermain di dalam versi orang tersebut mengenai suatu peristiwa. Orang-orang dengan masalah amarah biasanya melihat diri mereka sebagai korban―dari keadaan, kecurangan, serangan dan emosi mereka sendiri. Pastikan Anda mengingatkan orang yang Anda kasihi mengenai suatu peristiwa sebagaimana yang terjadi, bukan seperti yang orang lain ingatkan kepada mereka. Jangan biarkan siapa pun mengaburkan pandangan Anda, atau menekan Anda untuk menjadi percaya hanya pada satu sisi dari cerita. 3. Tenangkan Selama atau setelah sebuah kejadian, biarkan kemarahan reda sebelum menghadapi mereka jika Anda bisa. Ambilah jeda, tinggalkan dia sendiri untuk sementara waktu. Jangan biarkan masalah berlalu, namun biarkan momennya berlalu. Berikan semua orang yang terlibat waktu untuk mengalihkan perhatian mereka, atau berkaca pada insiden yang mereka sebabkan terjadi. 4. Pengendalian emosional Ingatkan orang yang Anda kasihi bahwa setiap orang bertanggung jawab atas emosi mereka sendiri. Mereka tidak dapat mengendalikan apa pun di dunia. Mereka hanya dapat mengendalikan diri mereka sendiri. Jika seseorang marah terhadap sesuatu, itu adalah masalah yang hanya orang tersebut dapat atasi. Masalahnya bukanlah pada setiap orang, pada hal apa pun atau seluruh dunia. Masalahnya adalah amarah itu sendiri. Akan selalu ada banyak situasi yang tidak nyaman dan tidak diinginkan terjadi dalam kehidupan kita dan amarah tidak dapat menjadi reaksi utama kita terhadap semua hal itu. 5. Mengatur amarah Sarankan untuk mengikuti kelas anger management class. Jika luapan amarah dapat menyebabkan cidera fisik atau kerusakan barang-barang, hal ini dapat menyeretnya ke pengadilan. Namun adalah lebih baik bagi seseorang untuk mencari bantuan untuk masalah kemarahan dengan suka rela sebagai langkah pencegahan, alih-alih sebagai hukuman untuk perilaku kriminal mereka di masa lalu. Saya pribadi menjaga jarak dari orang-orang yang terlihat memiliki kesulitan mengendalikan amarah. Itu adalah gejala bagi masalah yang lebih besar, suatu masalah yang orang itu harus bekerja keras untuk sembuhkan. Ketika seseorang di sekitar saya menjadi agresif, manipulatif, berteriak atau bertindak kasar, saya menjadikan perilaku tersebut terlihat jelas. Dan memberitahu orang tersebut bahwa saya tidak akan mentoleransi itu. Pada umumnya, tindakan itu menutup pintu pagi berkembangnya perilaku yang buruk tersebut. Orang–orang biasanya menyadari dengan cepat bahwa saya tidak akan menerima perilaku mereka yang tidak pantas dan mengubah perilaku mereka kepada saya di masa datang. Kadang-kadang orang-orang dengan sederhana mengalihkan emosi yang salah saat ini kepada orang lain. Seseorang yang mereka ketahui akan menerimanya. Marah, orang yang bersikap kasar mengetahui siapa saja yang mereka dapat kasari, dan siapa yang mereka tidak dapat kasari. Jika Anda membiarkan mereka mengambil keuntungan dari waktu, perhatian dan kepedulian Anda, mereka akan mengambilnya. Tunjukkan kepada mereka bahwa Anda peduli kepada mereka, namun jangan biarkan mereka merenggut kebahagiaan Anda. Berikan mereka alasan untuk cukup peduli mengenai diri mereka sendiri dan orang-orang yang mengasihi mereka untuk mendapat bantuan. Semua yang mereka perlu lakukan adalah untuk meminta bantuan, atau menerimanya. Please Like and Share !! Mau beli produk inovatif yang lucu unik dan murah dari China dengan harga termurah? Beli aja di Voilon

Ayo Like juga Fanspage kami >>> Voilon

Saturday, July 11, 2015

:: Tinutuan ala ndess :: Tinutuan Alias Bubur manado ini cocok juga untuk berbuka puasa looh. Bahan: 1 gelas blimbing beras Air secukupnya (agak banyak) 1 ikat kangkung, ambil daunnya saja 2 bonggol jagung manis, serut kasar. 10 lembar kacang panjang, potong ukuran sedang 100 gr labu kuning, potong dadu 1 buah ubi singkong ukuran sedang, potong2 1 buah ubi jalar (kalo ada yg merah lebih bagus), potong dadu 1ikat daun kemangi, ambil daunnya saja 8 siung bawang merah, rajang kasar 4 siung bawang putih, rajang kasar 1 batang sereh, geprek 2lembar daun salam Garam secukupnya Cara: Masak beras, daun salam, sereh, bawang merah, bawang putih dan air sampai mendidih, jangan lupa diaduk-aduk. Masukan ubi singkong dan ubi jalar, aduk2 terus. Setelah beras sudah menjadi bubur (ini bukan pribahasa yak), masukan kangkung, kancang panjang dan kemangi. Masak sampai teksturnya menjadi bubur. Jangan lupa trus diaduk supaya bagian bawahnya tdk gohsyong. Catatan: Sayuran dimasukan secara bertahap, mulai dari yang teksturnya keras dimasukan lebih dulu. Harus sering diaduk, tapi pelan2 ya. Kalau ingin dimakan, ambil secukupnya dengan menggunakan panci lain. Supaya bubur tidak menjadi encer. Pelengkap: -ikan asin jambal roti, ikan asin gabus atau ikan cakalang. -sambel terasi Please Like and Share !! | Jual Barang Lucu Unik Murah China Harga Grosir


:: Tinutuan ala ndess :: Tinutuan Alias Bubur manado ini cocok juga untuk berbuka puasa looh. Bahan: 1 gelas blimbing beras Air secukupnya (agak banyak) 1 ikat kangkung, ambil daunnya saja 2 bonggol jagung manis, serut kasar. 10 lembar kacang panjang, potong ukuran sedang 100 gr labu kuning, potong dadu 1 buah ubi singkong ukuran sedang, potong2 1 buah ubi jalar (kalo ada yg merah lebih bagus), potong dadu 1ikat daun kemangi, ambil daunnya saja 8 siung bawang merah, rajang kasar 4 siung bawang putih, rajang kasar 1 batang sereh, geprek 2lembar daun salam Garam secukupnya Cara: Masak beras, daun salam, sereh, bawang merah, bawang putih dan air sampai mendidih, jangan lupa diaduk-aduk. Masukan ubi singkong dan ubi jalar, aduk2 terus. Setelah beras sudah menjadi bubur (ini bukan pribahasa yak), masukan kangkung, kancang panjang dan kemangi. Masak sampai teksturnya menjadi bubur. Jangan lupa trus diaduk supaya bagian bawahnya tdk gohsyong. Catatan: Sayuran dimasukan secara bertahap, mulai dari yang teksturnya keras dimasukan lebih dulu. Harus sering diaduk, tapi pelan2 ya. Kalau ingin dimakan, ambil secukupnya dengan menggunakan panci lain. Supaya bubur tidak menjadi encer. Pelengkap: -ikan asin jambal roti, ikan asin gabus atau ikan cakalang. -sambel terasi Please Like and Share !! Mau beli produk inovatif yang lucu unik dan murah dari China dengan harga termurah? Beli aja di Voilon

Ayo Like juga Fanspage kami >>> Voilon

:: Sudah Punya, Tak Lagi Indah :: Yang punya iPhone, merasa Blackberry lebih effisien. Yang punya Blackberry, merasa iPhone lebih canggih dan keren. Yang punya Accord, merasa Camry lebih sportif. Yang punya Camry, merasa Accord lebih gagah. Yang tinggal di gunung, merindukan pantai. Yang tinggal di pantai, merindukan gunung. Di musim panas, merindukan musim dingin. Di musim dingin, merindukan musim panas. Yang berambut hitam, mengagumi yang pirang. Yang berambut pirang, mengagumi yang hitam. Diam di rumah, merindukan bepergian. Setelah bepergian, merindukan rumah. Ketika masih jadi Staff, ingin jadi Manager. Begitu jadi Manager ingin jadi Staff , tidak pusing katanya. Waktu tenang, mencari keramaian. Waktu ramai, mencari ketenangan. Saat masih bujangan, pengin punya suami ganteng/istri cantik. Begitu sudah dapat suami ganteng/istri cantik, pengin yang biasa-biasa saja. Bikin cemburu aja/ takut selingkuh!!! Punya anak satu, mendambakan banyak anak. Punya banyak anak, mendambakan satu anak saja. Kita tidak pernah bahagia, sebab segala sesuatu tampak indah hanya sebelum dimiliki. Namun setelah dimiliki tak indah lagi. Kapankah kebahagiaan akan berkunjung kalau kita hanya menatap yang jauh dan membuang yang ada ditangan kita?? "Jadilah orang yang pandai bersyukur. Bersyukurlah senantiasa dengan apa yang sudah kita miliki…" Please Like and Share !! | Jual Barang Lucu Unik Murah China Harga Grosir


:: Sudah Punya, Tak Lagi Indah :: Yang punya iPhone, merasa Blackberry lebih effisien. Yang punya Blackberry, merasa iPhone lebih canggih dan keren. Yang punya Accord, merasa Camry lebih sportif. Yang punya Camry, merasa Accord lebih gagah. Yang tinggal di gunung, merindukan pantai. Yang tinggal di pantai, merindukan gunung. Di musim panas, merindukan musim dingin. Di musim dingin, merindukan musim panas. Yang berambut hitam, mengagumi yang pirang. Yang berambut pirang, mengagumi yang hitam. Diam di rumah, merindukan bepergian. Setelah bepergian, merindukan rumah. Ketika masih jadi Staff, ingin jadi Manager. Begitu jadi Manager ingin jadi Staff , tidak pusing katanya. Waktu tenang, mencari keramaian. Waktu ramai, mencari ketenangan. Saat masih bujangan, pengin punya suami ganteng/istri cantik. Begitu sudah dapat suami ganteng/istri cantik, pengin yang biasa-biasa saja. Bikin cemburu aja/ takut selingkuh!!! Punya anak satu, mendambakan banyak anak. Punya banyak anak, mendambakan satu anak saja. Kita tidak pernah bahagia, sebab segala sesuatu tampak indah hanya sebelum dimiliki. Namun setelah dimiliki tak indah lagi. Kapankah kebahagiaan akan berkunjung kalau kita hanya menatap yang jauh dan membuang yang ada ditangan kita?? "Jadilah orang yang pandai bersyukur. Bersyukurlah senantiasa dengan apa yang sudah kita miliki…" Please Like and Share !! Mau beli produk inovatif yang lucu unik dan murah dari China dengan harga termurah? Beli aja di Voilon

Ayo Like juga Fanspage kami >>> Voilon

:: Cara lain suami untuk bilang "aku mencintaimu" :: Senang tidak sih kalau suami selalu mengatakan "aku mencintaimu istriku" atau "terima kasih ma, telah menjadi ibu dan istri terbaik untuk anak-anak?" Rasanya kita sebagai istri akan merasa sangat bahagia ketika suami mengatakan hal tersebut. Apalagi jika itu diucapkan setiap hari, disertai dengan pelukan atau ciuman di kening sehingga kita merasa aman dan nyaman karena suami ada di dekat kita. Tetapi pernahkah kita merasa sedih, kecewa, penasaran, ketika ternyata suami kita bukan tipe yang mudah sekali mengatakan cinta atau memuji apa yang kita lakukan? Sehingga kita bertanya-tanya dalam hati "Suamiku cinta gak sih sama aku, kok sama sekali sejak pacaran hingga sekarang menikah belum pernah mengatakan aku mencintaimu" Inilah bedanya perempuan dan laki-laki. Perempuan akan merasa lebih yakin suami mencintainya jika itu diucapkan secara lisan. Tetapi laki-laki lebih sering mengekspresikan bentuk cintanya lewat perilaku. Tidak perlu banyak kata, yang penting tindakan. Sehingga banyak sekali istri yang mengeluh karena suami tidak romantis. Dan suami mengeluh karena menganggap istrinya terlalu melebih-lebihkan masalah sepele. Lalu, apa saja bentuk perilaku dari suami yang sebenarnya adalah bentuk cinta dan kasih sayangnya untuk kita istrinya? Membantu urusan rumah tangga Seorang suami yang mau terlibat dalam tugas rumah tangga, adalah suami yang sangat mencintai istrinya. Kenapa? Karena dia membantu meringankan tugas istrinya, meski seharian telah lelah bekerja. Ia mempersilahkan istrinya untuk beristirahat dan mengambil alih tugas rumah tangga, seperti mencuci piring, membuang sampah, menyapu, membersihkan kamar mandi, dan lain-lain. Selalu menelpon menanyakan sesuatu ketika sedang di luar Seorang suami yang baik dan perhatian pada istrinya adalah ketika sedang berada di luar rumah selalu menelpon istrinya dan menanyakan ingin dibawakan oleh-oleh apa atau ingin dibelikan sesuatu. Memposisikan diri kita sebagai sahabat Siapa yang tidak senang jika suami dan istri bisa bercanda gurau layaknya sahabat karib, bisa curhat dan minta pendapat dari kita. Sebagai satu-satunya orang yang sangat diharapkannya memberikan masukan. Ini berarti suami kita menghargai kita istrinya, mencintai kita dengan cara bahwa hanya kitalah yang paling memahami dirinya. Selalu mendengar keluhan kita Kalau kita sedang punya masalah, maunya ada suami yang mau menjadi tempat berkeluh kesah. Tidak banyak laki-laki yang mampu mendengarkan dengan seksama kegundahan seorang istri apalagi yang memberi efek menenangkan. Tetapi jika suami mampu mendengarkan dengan baik dari awal hingga akhir keluhan kita dan kemudian hanya berakhir dengan pelukan dan ucapan "sabar ma", itu adalah wujud lain suami mencintai kita. Tidak pernah cemburu dengan kehidupan sosial kita Kedengarannya tidak mungkin suami tidak pernah cemburu tetapi hal ini benar-benar terjadi. Hubungan suami istri yang terjalin selalu menceritakan apapun tentang keseharian masing-masing: bertemu siapa, melakukan apa, mengirim pesan kepada siapa. Tidak ada yang disembunyikan satu sama lain sehingga saat salah satu lupa untuk diceritakan, masing-masing tidak akan cemburu dan penasaran. Jika sudah begini, apakah kita masih mempertanyakan bahwa suami mencintai kita? Seperti ada telepati Suami yang sangat mencintai kita tidak perlu banyak kata untuk membuktikannya. Ia seperti tahu apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan dan ini tidak terbatas ruang dan waktu. Berusaha untuk selalu menghibur Ketika kita sedang kesal dengan suami kita karena sesuatu hal, suami yang sangat mencintai kita biasanya tidak ingin membiarkan kondisi tersebut berlarut-larut. Biasanya mereka membiarkan kita beberapa saat untuk melampiaskan emosi kita (misal : menangis), tetapi setelah itu suami akan menghibur, menggoda, dan meminta maaf. Yah, karena suami yang sangat mencintai istrinya selalu menginginkan istrinya tersenyum bahagia menghiasi rumah tempat mereka hidup bersama. Please Like and Share !! | Jual Barang Lucu Unik Murah China Harga Grosir


:: Cara lain suami untuk bilang "aku mencintaimu" :: Senang tidak sih kalau suami selalu mengatakan "aku mencintaimu istriku" atau "terima kasih ma, telah menjadi ibu dan istri terbaik untuk anak-anak?" Rasanya kita sebagai istri akan merasa sangat bahagia ketika suami mengatakan hal tersebut. Apalagi jika itu diucapkan setiap hari, disertai dengan pelukan atau ciuman di kening sehingga kita merasa aman dan nyaman karena suami ada di dekat kita. Tetapi pernahkah kita merasa sedih, kecewa, penasaran, ketika ternyata suami kita bukan tipe yang mudah sekali mengatakan cinta atau memuji apa yang kita lakukan? Sehingga kita bertanya-tanya dalam hati "Suamiku cinta gak sih sama aku, kok sama sekali sejak pacaran hingga sekarang menikah belum pernah mengatakan aku mencintaimu" Inilah bedanya perempuan dan laki-laki. Perempuan akan merasa lebih yakin suami mencintainya jika itu diucapkan secara lisan. Tetapi laki-laki lebih sering mengekspresikan bentuk cintanya lewat perilaku. Tidak perlu banyak kata, yang penting tindakan. Sehingga banyak sekali istri yang mengeluh karena suami tidak romantis. Dan suami mengeluh karena menganggap istrinya terlalu melebih-lebihkan masalah sepele. Lalu, apa saja bentuk perilaku dari suami yang sebenarnya adalah bentuk cinta dan kasih sayangnya untuk kita istrinya? Membantu urusan rumah tangga Seorang suami yang mau terlibat dalam tugas rumah tangga, adalah suami yang sangat mencintai istrinya. Kenapa? Karena dia membantu meringankan tugas istrinya, meski seharian telah lelah bekerja. Ia mempersilahkan istrinya untuk beristirahat dan mengambil alih tugas rumah tangga, seperti mencuci piring, membuang sampah, menyapu, membersihkan kamar mandi, dan lain-lain. Selalu menelpon menanyakan sesuatu ketika sedang di luar Seorang suami yang baik dan perhatian pada istrinya adalah ketika sedang berada di luar rumah selalu menelpon istrinya dan menanyakan ingin dibawakan oleh-oleh apa atau ingin dibelikan sesuatu. Memposisikan diri kita sebagai sahabat Siapa yang tidak senang jika suami dan istri bisa bercanda gurau layaknya sahabat karib, bisa curhat dan minta pendapat dari kita. Sebagai satu-satunya orang yang sangat diharapkannya memberikan masukan. Ini berarti suami kita menghargai kita istrinya, mencintai kita dengan cara bahwa hanya kitalah yang paling memahami dirinya. Selalu mendengar keluhan kita Kalau kita sedang punya masalah, maunya ada suami yang mau menjadi tempat berkeluh kesah. Tidak banyak laki-laki yang mampu mendengarkan dengan seksama kegundahan seorang istri apalagi yang memberi efek menenangkan. Tetapi jika suami mampu mendengarkan dengan baik dari awal hingga akhir keluhan kita dan kemudian hanya berakhir dengan pelukan dan ucapan "sabar ma", itu adalah wujud lain suami mencintai kita. Tidak pernah cemburu dengan kehidupan sosial kita Kedengarannya tidak mungkin suami tidak pernah cemburu tetapi hal ini benar-benar terjadi. Hubungan suami istri yang terjalin selalu menceritakan apapun tentang keseharian masing-masing: bertemu siapa, melakukan apa, mengirim pesan kepada siapa. Tidak ada yang disembunyikan satu sama lain sehingga saat salah satu lupa untuk diceritakan, masing-masing tidak akan cemburu dan penasaran. Jika sudah begini, apakah kita masih mempertanyakan bahwa suami mencintai kita? Seperti ada telepati Suami yang sangat mencintai kita tidak perlu banyak kata untuk membuktikannya. Ia seperti tahu apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan dan ini tidak terbatas ruang dan waktu. Berusaha untuk selalu menghibur Ketika kita sedang kesal dengan suami kita karena sesuatu hal, suami yang sangat mencintai kita biasanya tidak ingin membiarkan kondisi tersebut berlarut-larut. Biasanya mereka membiarkan kita beberapa saat untuk melampiaskan emosi kita (misal : menangis), tetapi setelah itu suami akan menghibur, menggoda, dan meminta maaf. Yah, karena suami yang sangat mencintai istrinya selalu menginginkan istrinya tersenyum bahagia menghiasi rumah tempat mereka hidup bersama. Please Like and Share !! Mau beli produk inovatif yang lucu unik dan murah dari China dengan harga termurah? Beli aja di Voilon

Ayo Like juga Fanspage kami >>> Voilon

Friday, July 10, 2015

:: Kroket Ayam Kentang Special :: Bahan kulit: - 500 gram kentang, kupas, potong ukuran 3 x 3 cm - 1 buah kuning telur - 1/4 buah pala parut halus - 1/2 sendok teh merica bubuk - 2 - 3 sendok makan susu kental manis (optionl) - 2 sendok teh garam Bahan isi: - 1 sendok makan margarine untuk menumis - 4 siung bawang merah, cincang halus - 3 siung bawang putih, cincang halus - 200 gram daging ayam cincang - 1/2 batang wortel, rajang kotak kecil - 1 batang daun bawang, rajang halus - 1/2 sendok teh merica bubuk - 1/4 buah pala, parut dengan parutan keju - 1 sendok makan kecap asin - 1 sendok makan kecap manis - 1 sendok makan saus tiram - 1 sendok teh gula pasir - 100 ml susu cair - 1/2 sendok makan tepung maizena - 1/4 sendok teh garam, jika kurang asin Kocokan telur (kocok jadi satu): - 1 butir telur - 2 sendok makan susu kental manis - 25 ml air Bahan lainnya: - breadcrumbs atau tepung panir secukupnya untuk melapis adonan Cara membuat: Membuat kulit kroket 1. Siapkan wajan, beri minyak agak banyak dan panaskan. Goreng kentang hingga empuk dan permukaanya sedikit kecoklatan, jangan terlalu lama menggoreng hingga kentang menjadi kering. Test kematangan kentang dengan menusukkan bagian tengah dengan garpu atau pisau, jika ujung garpu melesak dengan mudah maka kentang telah matang. Segera angkat dan tiriskan. 2. Dinginkan kentang, kemudian proses kentang dengan chopper atau food processor atau anda bisa juga menumbuknya manual dengan ulekan batu hingga menjadi adonan yang smooth. 3. Tuangkan adonan ke piring atau mangkuk, masukkan semua bahan kulit lainnya, aduk hingga rata. Cicipi rasanya, tambahkan garam jika kurang asin. Sisihkan. Membuat tumisan isi 1. Siapkan wajan, panaskan margarine hingga meleleh. Tumis bawang merah dan bawang putih hingga harum dan matang. Masukkan ayam cincang, aduk dan tumis hingga daging ayam berubah warnanya. 2. Tambahkan wortel, aduk dan masak hingga wortel dan ayam matang. 3. Masukkan semua bahan tumisan isi lainnya kecuali susu cair dan maizena, aduk dan tumis selama beberapa detik saja. Masukkan susu cair dan tepung maizena, aduk dan masak hingga tumisan mengental dan menggumpal. Cicipi rasanya seusaikan rasa asin dan manisnya, angkat dan dinginkan. Membentuk kroket 1. Ambil sekitar 1 1/2 sendok makan adonan kulit kroket (saya membuat ukuran yang jumbo), pipihkan adonan di permukaan tangan. Jika adonan lengket olesi permukaan tangan dengan minyak goreng. 2. Letakkan 1 sendok makan tumisan isi di tengah-tengah adonan kulit, bungkus tumisan isi dengan adonan kentang dan bulatkan. Gelindingkan kroket di permukaan tangan hingga berbentuk bulat lonjong yang smooth. Tata adonan di permukaan piring, dan bentuk sisa adonan lainnya hingga habis. 3. Celupkan bulatan adonan kroket ke dalam kocokan telur hingga seluruh permukaanya tertutup rata oleh telur. Tata kroket yang telah dicelupkan di kocokan telur di wadah datar lainnya, lakukan pada semua adonan kroket. 4. Cuci tangan anda hingga bersih dan keringkan hingga benar-benar kering. Jatuhkan sebuah adonan secara hati-hati di permukaan tepung panir/breadcrumbs, siram seluruh permukaan kroket dengan tepung panir hingga tertutup rata. 5. Kemudian tekan-tekan kroket di permukaan telapak tangan hingga tepung menempel dengan baik, tambahkan tepung panir kembali jika kurang tebal. Tekan tepung panir di permukaan kroket sambil bentuk kroket diperbaiki agar mulus. Menggoreng Kroket 1. Tata kroket yang telah dilumuri dengan tepung panir di permukaan piring datar dan lakukan pada semua adonan kroket lainnya. 2. Siapkan wajan anti lengket, beri minyak agak banyak dan panaskan. Goreng kroket dengan api kecil saja sambil kroket dibalik-balik agar permukannya matang merata. Jika telah berwarna coklat keemasan, angkat dan tiriskan. 3. Kroket siap disantap. Super yummy! Selamat mencoba yah bund Please Like and Share !! | Jual Barang Lucu Unik Murah China Harga Grosir


:: Kroket Ayam Kentang Special :: Bahan kulit: - 500 gram kentang, kupas, potong ukuran 3 x 3 cm - 1 buah kuning telur - 1/4 buah pala parut halus - 1/2 sendok teh merica bubuk - 2 - 3 sendok makan susu kental manis (optionl) - 2 sendok teh garam Bahan isi: - 1 sendok makan margarine untuk menumis - 4 siung bawang merah, cincang halus - 3 siung bawang putih, cincang halus - 200 gram daging ayam cincang - 1/2 batang wortel, rajang kotak kecil - 1 batang daun bawang, rajang halus - 1/2 sendok teh merica bubuk - 1/4 buah pala, parut dengan parutan keju - 1 sendok makan kecap asin - 1 sendok makan kecap manis - 1 sendok makan saus tiram - 1 sendok teh gula pasir - 100 ml susu cair - 1/2 sendok makan tepung maizena - 1/4 sendok teh garam, jika kurang asin Kocokan telur (kocok jadi satu): - 1 butir telur - 2 sendok makan susu kental manis - 25 ml air Bahan lainnya: - breadcrumbs atau tepung panir secukupnya untuk melapis adonan Cara membuat: Membuat kulit kroket 1. Siapkan wajan, beri minyak agak banyak dan panaskan. Goreng kentang hingga empuk dan permukaanya sedikit kecoklatan, jangan terlalu lama menggoreng hingga kentang menjadi kering. Test kematangan kentang dengan menusukkan bagian tengah dengan garpu atau pisau, jika ujung garpu melesak dengan mudah maka kentang telah matang. Segera angkat dan tiriskan. 2. Dinginkan kentang, kemudian proses kentang dengan chopper atau food processor atau anda bisa juga menumbuknya manual dengan ulekan batu hingga menjadi adonan yang smooth. 3. Tuangkan adonan ke piring atau mangkuk, masukkan semua bahan kulit lainnya, aduk hingga rata. Cicipi rasanya, tambahkan garam jika kurang asin. Sisihkan. Membuat tumisan isi 1. Siapkan wajan, panaskan margarine hingga meleleh. Tumis bawang merah dan bawang putih hingga harum dan matang. Masukkan ayam cincang, aduk dan tumis hingga daging ayam berubah warnanya. 2. Tambahkan wortel, aduk dan masak hingga wortel dan ayam matang. 3. Masukkan semua bahan tumisan isi lainnya kecuali susu cair dan maizena, aduk dan tumis selama beberapa detik saja. Masukkan susu cair dan tepung maizena, aduk dan masak hingga tumisan mengental dan menggumpal. Cicipi rasanya seusaikan rasa asin dan manisnya, angkat dan dinginkan. Membentuk kroket 1. Ambil sekitar 1 1/2 sendok makan adonan kulit kroket (saya membuat ukuran yang jumbo), pipihkan adonan di permukaan tangan. Jika adonan lengket olesi permukaan tangan dengan minyak goreng. 2. Letakkan 1 sendok makan tumisan isi di tengah-tengah adonan kulit, bungkus tumisan isi dengan adonan kentang dan bulatkan. Gelindingkan kroket di permukaan tangan hingga berbentuk bulat lonjong yang smooth. Tata adonan di permukaan piring, dan bentuk sisa adonan lainnya hingga habis. 3. Celupkan bulatan adonan kroket ke dalam kocokan telur hingga seluruh permukaanya tertutup rata oleh telur. Tata kroket yang telah dicelupkan di kocokan telur di wadah datar lainnya, lakukan pada semua adonan kroket. 4. Cuci tangan anda hingga bersih dan keringkan hingga benar-benar kering. Jatuhkan sebuah adonan secara hati-hati di permukaan tepung panir/breadcrumbs, siram seluruh permukaan kroket dengan tepung panir hingga tertutup rata. 5. Kemudian tekan-tekan kroket di permukaan telapak tangan hingga tepung menempel dengan baik, tambahkan tepung panir kembali jika kurang tebal. Tekan tepung panir di permukaan kroket sambil bentuk kroket diperbaiki agar mulus. Menggoreng Kroket 1. Tata kroket yang telah dilumuri dengan tepung panir di permukaan piring datar dan lakukan pada semua adonan kroket lainnya. 2. Siapkan wajan anti lengket, beri minyak agak banyak dan panaskan. Goreng kroket dengan api kecil saja sambil kroket dibalik-balik agar permukannya matang merata. Jika telah berwarna coklat keemasan, angkat dan tiriskan. 3. Kroket siap disantap. Super yummy! Selamat mencoba yah bund Please Like and Share !! Mau beli produk inovatif yang lucu unik dan murah dari China dengan harga termurah? Beli aja di Voilon

Ayo Like juga Fanspage kami >>> Voilon

:: Sorban untuk Ayah :: Ayahku menginginkan sebuah hadiah untuk Lebaran. Sebuah sorban. Ya, hanya sebuah sorban. Tapi bukan sorban biasa yang bisa kautemui di toko-toko baju di kota kecilku. Melainkan sorban istimewa yang seperti miliknya seorang ustad ternama. Ustadz itu sering tampil di layar kaca, dan kalau tampil selalu mengenakan sorban yang modelnya sama. “Aku ingin sorban yang seperti itu, itu akan menjadi hadiah Lebaran terindah untukku.” Aku tahu, aku harus memenuhi keinginan ayah. Dan aku sudah berusaha semampunya, berkeliling ke pasar dan toko-toko baju di seluruh kotaku. Namun sampai tiga hari menjelang Lebaran, sorban itu belum juga kudapatkan. Kemudian aku mendapat kabar dari seorang tetangga yang kebetulan punya sorban yang mirip dengan ustadz ternama itu. Sorban berbentuk segiempat yang bisa dililit-lilit di kepala. “Dari mana Anda membelinya?” tanyaku pada Pak Haji pemilik sorban. Dan dia menjawab dengan bangganya, “Ini kubeli di Bandung, dari butik muslim. Yang beginian memang cuma ada di Bandung. Di kota kecil ini mah tidak ada. Harganya juga mahal. Lima ratus ribu.” Kakiku seperti mencelos dari pijakan. “Lima ratus ribu? Belum ongkos ke Bandungnya. Untuk pulang pergi naik bis saja takkan kurang dari dua ratus ribu.” Aku terduduk lesu. “Daripada repot-repot pergi ke Bandung,” kata Pak Haji. “Beli saja punyaku, tapi harganya sejuta.” Mataku membelalak seolah mau keluar dari rangkanya. Sejuta? Duh, Pak Haji ini, yang benar saja. Darimana aku dapat uang sebanyak itu? Baiklah, uang sejuta di jaman sekarang tidaklah sangat besar. Namun untuk ukuran pemuda yang masih menganggur sepertiku, jumlah itu cukup untuk membuat leher terasa kaku. Aku pulang ke rumah dengan hati risau. Kulihat Ayah sedang duduk di kursi goyang, semakin hari kesehatannya semakin mencemaskan. Umurnya bertambah tua, sakit-sakitan dan…kesepian. Anak-anaknya, kecuali aku, sudah pergi merantau ke kota besar. Mereka seolah sudah tak mempedulikan dirinya. Dan sekarang, satu-satunya keinginannya, yakni memiliki sorban yang mirip kepunyaan ustadz favoritnya, nampaknya takkan terkabul. Aku sedih memikirkan ayahku. Juga sedih memikirkan diriku. Sejak lulus dari SMA, teman-temanku sudah pergi ke luar kota, baik untuk kuliah maupun mencari kerja. Mereka memberikan kebanggaan pada keluarga yang ditinggalkan, baik reputasi sebagai mahasiswa, maupun upah yang dikirim setiap bulannya. Sedangkan aku, hanya bisa duduk di sini, di rumah ini, menunggui ayahku yang semakin larut dengan dunianya sendiri. Dia sudah tua, dan yang dibicarakannya hanyalah kematian. “Kalau aku mati, tolong kuburkan di halaman belakang, di samping nisan Ibumu,” ujar Ayah suatu kali. “Kalau aku mati, kau harus pergi merantau dan menemui kakak-kakakmu,” ujar Ayah di kali yang lain. “Kalau aku mati, siapa yang akan mengurusmu?” isak Ayah sambil memelukku seolah aku ini anak kecil. Hey, umurku bukan 2 tahun, tapi 22 tahun! Di kesempatan lain, Ayah berubah menjadi pemberang. Seharian marah-marah dan membanting barang. “Berhenti genjrang-genjreng, atau akan kubuang gitar bututmu itu,” hardik Ayah saat melihatku duduk-duduk di teras sambil memetik gitar, menirukan suara serak vokalis ST12. Semarah apapun Ayah, aku tak pernah merasa tersinggung atau kesal. Aku memaklumi bahwa semakin tua, perangai seseorang akan semakin tak menyenangkan. Ayah kembali menjadi bayi kecil yang rewel, dan itulah siklus kehidupan. Yang muda menjadi tua dan kembali seperti anak kecil lagi. Tapi kalau Ayah sudah menyinggung soal gitarku, apalagi mengatainya sebagai “gitar butut”, kemarahanku langsung terlecut. “Ayah jangan bilang ini gitar butut. Meski butut, ini adalah masa depanku,” ujarku setiapkali Ayah mengomeli gitarku. Bagi Ayah, aku dan gitarku ini ibarat sosok seniman muda yang kumal dan putus asa, sama seperti yang sering ditemuinya pada sosok pengamen jalanan yang semakin lama semakin memenuhi sudut-sudut kota. Aku tahu, aku sadar, bahwa aku masih menganggur. Tak bisa memenuhi semua kebutuhan Ayah. Tapi sejak lulus SMA, gitar inilah satu-satunya temanku, dan harapanku. Dengan gitar ini, aku sudah menciptakan beberapa lagu, yang sekarang sudah diputar sebagai jingle-jingle di radio lokal. Aku tak berharap menjadi seorang penyanyi terkenal, namun bagiku gitar ini punya masa depan. Aku akan terus mencipta lagu, dan mungkin suatu saat nanti akan ada yang mau membeli lagu-laguku untuk dinyanyikan para penyanyi terkenal. Aku akan mendapat royalti dari lagu-laguku, dan kata temanku yang sudah hampir lulus sarjana, itu namanya passive income. Lebaran tinggal dua hari lagi. Pak Haji sudah menanyaiku lagi apakah aku tertarik untuk membeli sorbannya. Aku belum menjawab. Sebenarnya, aku sudah berusaha menelepon kakak-kakakku yang katanya berhasil di perantauan. Tapi tak ada satu pun dari mereka yang merespon kata-kataku. “Ayah ingin sorban yang mirip punyanya ustadz di TV? Emangnya Ayah mau tampil di TV! Ada-ada saja kamu,” ujar kakak sulungku yang sekarang sudah jadi karyawan sebuah bank di Jakarta. “Beliin saja sorban yang ada di pasar, Ayah pasti tidak akan tahu,” kata kakak keduaku yang sekarang sudah jadi manajer toko elektronik di Tangerang. “Hah, sejuta? Mana ada sorban yang harganya segitu! Cari aja yang dibawah seratus ribu, pasti banyak,” usul kakak ketigaku yang sudah jadi istri pengusaha. Sejak menikah, kakakku yang ini memang jadi agak pelit. Uangnya hanya dipakai untuk ke salon dan belanja, tapi tak sedikitpun tertarik untuk membelikan sesuatu yang disukai Ayah. Aku masih ingat, selalu ingat, setiap kali Lebaran datang, ketiga kakakku akan pulang. Mereka datang dengan mobil mengilap, pakaian bagus, dan oleh-oleh sebagasi penuh. Namun satu yang mereka tak pernah lakukan, bertanya kepada Ayah, apa sih sebetulnya yang beliau inginkan. Mereka menghabiskan banyak uang hanya untuk oleh-oleh yang menurut mereka bagus, mahal, atau hanya dapat dibeli di kota besar. Tapi mereka tak pernah tahu, dan tak mau tahu, hadiah apa yang akan membuat Ayah merasa spesial. Malam itu, dua hari menjelang Lebaran, aku berkumpul dengan teman-temanku seusai sholat tarawih. Seperti biasa kami kumpul di pos kamling, menyiapkan segala sesuatunya untuk keliling kompleks membangunkan sahur besok pagi. Aku memang aktif menjadi pengurus karang taruna dan mesjid selama Ramadhan ini. Tiba-tiba, Amiruddin, salah seorang dari kami, mengajak aku dan Bondan menjauh. Kami pergi ke tempat yang agak tersembunyi. “Kalian tahu haji Surya, kan?” Amiruddin berbisik. “Kabarnya dia lagi berangkat ke Semarang, mau Lebaran di sana. Rumahnya kosong. Kalau kalian berminat ikut denganku besok malam saat orang-orang sholat tarawih, kita bisa bagi hasil…” Aku dan Bondan saling berpandangan. Sesaat otakku berputar, berusaha mencerna makna dari kalimat temanku itu. Tiba-tiba perutku terasa mual. Apa ini? Dia sedang membicarakan rencana perampokan? “Ada dua buah TV 29 inch di ruang tengah, satu lagi di kamar, dan sekotak perhiasan di lemari pakaian,” Amirudin sibuk menjelaskan. Jelas saja dia tahu benda-benda berharga milik haji Surya, karena dia mantan pegawai di rumah itu. Amir pernah bekerja sebagai tukang kebun lalu naik pangkat menjadi sopir pribadi, dan dipecat karena ketahuan pacaran dengan salah satu anak perempuan haji Surya. “Tugasmu hanya berjaga di luar, memberi tanda kalau ada orang datang, dan sebagai imbalannya, kau boleh memiliki salah satu dari TV 29 inch itu,” bujuknya. Dengan dada berdebar, aku mulai menghitung-hitung. TV 29 inch kan harga pasarannya sekitar dua juta. Kalau laku sejuta saja, itu akan cukup untuk membelikan Ayah… Oh, tidak! Aku bergidik dan menggelengkan kepala. “Tapi ayahmu sangat menginginkan sorban itu, dan memenuhi keinginan orangtua wajib hukumnya,” Bondan yang sudah terkena bujukan Amirudin berkata enteng. “Iya tapi bukan dengan jalan merampok,” bantahku. Amirudin tertawa dan menepuk bahuku. “Ya udah terserah. Tapi kalau kamu berubah pikiran, besok malam kita kumpul di pos kamling, aku akan paparkan strateginya. Dan ingat, ini misi rahasia.” Akhirnya, kami bertiga pun bubar. Malam itu aku tak bisa tidur. Rencana teman-temanku begitu mengusik batinku. Aku mencoba menghapus pikiran yang mengusik itu dengan memetik gitar di kamarku. Namun dari kamar bawah, Ayah terbatuk-batuk keras dan berteriak, “Gitar bututmu itu membuat telingaku sakit!” Esoknya aku bergerak ke sana kemari, meminjam uang ke sana-sini, kepada teman-temanku sesama pemuda mesjid, dan kepada orang-orang yang suka nongkrong di pangkalan ojek. Tapi seperti sebelum-sebelumnya, tak ada yang bisa membantuku. Hari semakin sore. Adzan maghrib tiba, namun bukannya senang karena bisa berbuka puasa, aku malah cemas. Ketika adzan Isya terdengar, dan orang-orang mulai pergi ke mesjid untuk tarawih, kita kumpul di pos kamling, kata-kata Amirudin terngiang lagi. Setelah sholat maghrib, aku tidak pergi ke mesjid untuk mempersiapkan karpet untuk sholat tarawih seperti biasanya. Aku mengurung diri di kamar. Bimbang. Lalu kupetik gitar pelan-pelan. Ayah terbatuk dan berteriak, “Bukannya ke mesjid atau ngaji, malah genjrang-genjreng. Makin hari kamu makin seperti berandalan saja!” Kulemparkan gitar ke sudut kasur. Bunyi senar beradu dengan pinggiran ranjang kayu membuat hatiku resah. Aku semakin gelisah. Sudah seminggu ini batuk-batuk Ayah semakin parah. Sudah beberapa kali aku mengantarnya berobat ke rumah sakit, namun belum sembuh juga. Aku takut Ayah takkan bertahan lebih lama. Sementara keinginannya untuk memiliki sorban belum terpenuhi. Apa yang harus kulakukan? Lusa adalah Lebaran, dan besok adalah hari terakhir di mana aku bisa membelikan sorban sebagai hadiah Lebaran untuknya. Aku tahu, sebetulnya Ayah tidak terlalu menginginkan sorban itu. Ayah ingin naik haji. Namun dia tahu, dia tak bisa meminta kepada anak-anaknya, meskipun kalau bertindak pasti kakak-kakakku mau mengabulkannya. Dan sorban adalah semacam pelipur lara hatinya. Hanya itulah satu-satunya hadiah yang ia tahu takkan memberatkan anak-anaknya, namun bahkan kakak-kakakku tak menggubrisnya. Kini hanya aku yang bisa mengabulkan keinginan Ayah – membelikan sorba itu sebagai hadiah. Tak terasa adzan Isya berkumandang. Amirudin dan Bondan pasti sudah menungguku di pos kamling. Akhirnya dengan sejuta kebimbangan merayap, sekaligus berputarnya akal sehat, kuganti baju koko dan sarungku dengan kaos oblong dan celana jins yang lebih simpel. Lalu pelan-pelan kubuka pintu kamar. Ayah sedang wiridan di kamarnya, dan kupastikan ia benar-benar tidak melihatku. Dengan hati-hati, aku berjalan keluar, menutup pintu dan meninggalkan rumah…. *** Hari Lebaran tiba. Suara takbir berkumandang melalui pengeras suara. Kakak-kakaku sudah datang dari rantau semua. Rumah ini jadi terasa ramai dan hangat kembali. Yah, meskipun hanya akan berlangsung dua atau tiga hari, lumayan lah untuk menghapus kesepianku bersama Ayah selama setahun ini. Tadi malam kami sudah berkumpul bersama, saling melempar canda tawa. Kakak-kakakku sibuk mengangkut oleh-oleh yang mereka bawa dari bagasi. Baju, sarung, peci, dan aneka jenis makanan mahal tertumpah semua di meja, menunggu giliran untuk dibuka oleh Ayah. Namun wajah Ayah tidak terlihat gembira. Kegembiraannya baru terlihat saat ia mengambil sebuah bungkusan kecil yang kuletakkan di antara tumpukkan hadiah mahal itu. Sementara aku menyibukkan diri untuk bermain bersama keponakan-keponakanku, mataku menangkap detik-detik ketika Ayah membuka hadiah itu. Hadiah sorban yang telah lama diimpikannya. Dan kedua matanya berkaca-kaca. Sepulang sholat ied, Ayah sudah menunggu kami untuk bergiliran sungkeman padanya. Dan sorban itu sudah melilit di kepalanya, membuatnya tampak seperti seorang ustadz betulan. Ketika aku sungkeman padanya, Ayah berbisik. “Aku sudah tahu,” katanya. Ia mengusap kepalaku dan mengucapkan terima kasih. Kurasakan air mata jatuh di pipinya, seperti halnya air mataku juga. Aku tahu, aku telah banyak mengecewakan Ayah. Sementara kakak-kakakku sudah sukses di rantau, aku masih menganggur di rumah. Tapi aku tahu, Ayah mengerti bahwa aku memilih tetap di rumah agar bisa menemani dan merawat Ayah – sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh kakak-kakakku. Aku tahu, Ayah mengerti banyak hal tentang diriku, jauh lebih banyak dari yang aku kira. Dan pagi ini ketika kami berjalan keluar rumah untuk bersalam-salaman dengan tetangga kompleks, terdengar rebut-ribut. “Ada apa ini?” tanya Ayah. Pak RT segera menghampiri kami dan menjelaskan, “Kemarin malam rumah haji Surya dirampok, dan perampoknya sudah tertangkap. Ternyata si Amirudin dan Bondan. Mereka babak belur dihajar warga. Kita harus cepat bantu mengamankan mereka.” Aku terdiam lama sekali, sementara Ayah menatapku. “Bukankah mereka teman-temanmu?” bisiknya. Aku tertunduk. Ah, ya Allah, seandainya aku tergoda untuk ikut dalam perampokan itu… Malam itu aku memang tidak pergi ke pos kamling tempat kami bertiga janjian. Aku…pergi ke rumah seorang teman. Membawa suatu misi yang sangat berat untuk kulakukan: menawarkan gitarku. Yah, meskipun sudah butut, tapi gitar itu sebetulnya mahal dan sudah jarang di pasaran. Gitar itu adalah hadiah dari Ibuku menjelang kelulusan – beliau membelikannya empat tahun lalu sebelum terkena sakit jantung dan meninggal. Karena temanku sudah lama mengincar gitar itu, dia setuju untuk membeli gitar kesayanganku dengan harga sejuta. Kini gitar itu sudah tiada. Dan Ayah tahu, aku begitu berat untuk melepasnya. Aku menginginkan gitar itu ada di sampingku seperti Ayah selalu menginginkan sorban impiannya itu. Namun bagiku, keinginan Ayah adalah yang terpenting, dan Ayah tahu itu… Lebaran itu adalah Lebaran paling berkesan dalam hidupku. Sekarang Ayah telah tiada, namun aku bersyukur telah memberinya hadiah Lebaran terindah yang pernah diinginkannya. (Diambil dari kumpulan kisah inspiratif ramadhan “Ramadhan di Musim Gugur” karya Elie Mulyadi. Please Like and Share !! | Jual Barang Lucu Unik Murah China Harga Grosir


:: Sorban untuk Ayah :: Ayahku menginginkan sebuah hadiah untuk Lebaran. Sebuah sorban. Ya, hanya sebuah sorban. Tapi bukan sorban biasa yang bisa kautemui di toko-toko baju di kota kecilku. Melainkan sorban istimewa yang seperti miliknya seorang ustad ternama. Ustadz itu sering tampil di layar kaca, dan kalau tampil selalu mengenakan sorban yang modelnya sama. “Aku ingin sorban yang seperti itu, itu akan menjadi hadiah Lebaran terindah untukku.” Aku tahu, aku harus memenuhi keinginan ayah. Dan aku sudah berusaha semampunya, berkeliling ke pasar dan toko-toko baju di seluruh kotaku. Namun sampai tiga hari menjelang Lebaran, sorban itu belum juga kudapatkan. Kemudian aku mendapat kabar dari seorang tetangga yang kebetulan punya sorban yang mirip dengan ustadz ternama itu. Sorban berbentuk segiempat yang bisa dililit-lilit di kepala. “Dari mana Anda membelinya?” tanyaku pada Pak Haji pemilik sorban. Dan dia menjawab dengan bangganya, “Ini kubeli di Bandung, dari butik muslim. Yang beginian memang cuma ada di Bandung. Di kota kecil ini mah tidak ada. Harganya juga mahal. Lima ratus ribu.” Kakiku seperti mencelos dari pijakan. “Lima ratus ribu? Belum ongkos ke Bandungnya. Untuk pulang pergi naik bis saja takkan kurang dari dua ratus ribu.” Aku terduduk lesu. “Daripada repot-repot pergi ke Bandung,” kata Pak Haji. “Beli saja punyaku, tapi harganya sejuta.” Mataku membelalak seolah mau keluar dari rangkanya. Sejuta? Duh, Pak Haji ini, yang benar saja. Darimana aku dapat uang sebanyak itu? Baiklah, uang sejuta di jaman sekarang tidaklah sangat besar. Namun untuk ukuran pemuda yang masih menganggur sepertiku, jumlah itu cukup untuk membuat leher terasa kaku. Aku pulang ke rumah dengan hati risau. Kulihat Ayah sedang duduk di kursi goyang, semakin hari kesehatannya semakin mencemaskan. Umurnya bertambah tua, sakit-sakitan dan…kesepian. Anak-anaknya, kecuali aku, sudah pergi merantau ke kota besar. Mereka seolah sudah tak mempedulikan dirinya. Dan sekarang, satu-satunya keinginannya, yakni memiliki sorban yang mirip kepunyaan ustadz favoritnya, nampaknya takkan terkabul. Aku sedih memikirkan ayahku. Juga sedih memikirkan diriku. Sejak lulus dari SMA, teman-temanku sudah pergi ke luar kota, baik untuk kuliah maupun mencari kerja. Mereka memberikan kebanggaan pada keluarga yang ditinggalkan, baik reputasi sebagai mahasiswa, maupun upah yang dikirim setiap bulannya. Sedangkan aku, hanya bisa duduk di sini, di rumah ini, menunggui ayahku yang semakin larut dengan dunianya sendiri. Dia sudah tua, dan yang dibicarakannya hanyalah kematian. “Kalau aku mati, tolong kuburkan di halaman belakang, di samping nisan Ibumu,” ujar Ayah suatu kali. “Kalau aku mati, kau harus pergi merantau dan menemui kakak-kakakmu,” ujar Ayah di kali yang lain. “Kalau aku mati, siapa yang akan mengurusmu?” isak Ayah sambil memelukku seolah aku ini anak kecil. Hey, umurku bukan 2 tahun, tapi 22 tahun! Di kesempatan lain, Ayah berubah menjadi pemberang. Seharian marah-marah dan membanting barang. “Berhenti genjrang-genjreng, atau akan kubuang gitar bututmu itu,” hardik Ayah saat melihatku duduk-duduk di teras sambil memetik gitar, menirukan suara serak vokalis ST12. Semarah apapun Ayah, aku tak pernah merasa tersinggung atau kesal. Aku memaklumi bahwa semakin tua, perangai seseorang akan semakin tak menyenangkan. Ayah kembali menjadi bayi kecil yang rewel, dan itulah siklus kehidupan. Yang muda menjadi tua dan kembali seperti anak kecil lagi. Tapi kalau Ayah sudah menyinggung soal gitarku, apalagi mengatainya sebagai “gitar butut”, kemarahanku langsung terlecut. “Ayah jangan bilang ini gitar butut. Meski butut, ini adalah masa depanku,” ujarku setiapkali Ayah mengomeli gitarku. Bagi Ayah, aku dan gitarku ini ibarat sosok seniman muda yang kumal dan putus asa, sama seperti yang sering ditemuinya pada sosok pengamen jalanan yang semakin lama semakin memenuhi sudut-sudut kota. Aku tahu, aku sadar, bahwa aku masih menganggur. Tak bisa memenuhi semua kebutuhan Ayah. Tapi sejak lulus SMA, gitar inilah satu-satunya temanku, dan harapanku. Dengan gitar ini, aku sudah menciptakan beberapa lagu, yang sekarang sudah diputar sebagai jingle-jingle di radio lokal. Aku tak berharap menjadi seorang penyanyi terkenal, namun bagiku gitar ini punya masa depan. Aku akan terus mencipta lagu, dan mungkin suatu saat nanti akan ada yang mau membeli lagu-laguku untuk dinyanyikan para penyanyi terkenal. Aku akan mendapat royalti dari lagu-laguku, dan kata temanku yang sudah hampir lulus sarjana, itu namanya passive income. Lebaran tinggal dua hari lagi. Pak Haji sudah menanyaiku lagi apakah aku tertarik untuk membeli sorbannya. Aku belum menjawab. Sebenarnya, aku sudah berusaha menelepon kakak-kakakku yang katanya berhasil di perantauan. Tapi tak ada satu pun dari mereka yang merespon kata-kataku. “Ayah ingin sorban yang mirip punyanya ustadz di TV? Emangnya Ayah mau tampil di TV! Ada-ada saja kamu,” ujar kakak sulungku yang sekarang sudah jadi karyawan sebuah bank di Jakarta. “Beliin saja sorban yang ada di pasar, Ayah pasti tidak akan tahu,” kata kakak keduaku yang sekarang sudah jadi manajer toko elektronik di Tangerang. “Hah, sejuta? Mana ada sorban yang harganya segitu! Cari aja yang dibawah seratus ribu, pasti banyak,” usul kakak ketigaku yang sudah jadi istri pengusaha. Sejak menikah, kakakku yang ini memang jadi agak pelit. Uangnya hanya dipakai untuk ke salon dan belanja, tapi tak sedikitpun tertarik untuk membelikan sesuatu yang disukai Ayah. Aku masih ingat, selalu ingat, setiap kali Lebaran datang, ketiga kakakku akan pulang. Mereka datang dengan mobil mengilap, pakaian bagus, dan oleh-oleh sebagasi penuh. Namun satu yang mereka tak pernah lakukan, bertanya kepada Ayah, apa sih sebetulnya yang beliau inginkan. Mereka menghabiskan banyak uang hanya untuk oleh-oleh yang menurut mereka bagus, mahal, atau hanya dapat dibeli di kota besar. Tapi mereka tak pernah tahu, dan tak mau tahu, hadiah apa yang akan membuat Ayah merasa spesial. Malam itu, dua hari menjelang Lebaran, aku berkumpul dengan teman-temanku seusai sholat tarawih. Seperti biasa kami kumpul di pos kamling, menyiapkan segala sesuatunya untuk keliling kompleks membangunkan sahur besok pagi. Aku memang aktif menjadi pengurus karang taruna dan mesjid selama Ramadhan ini. Tiba-tiba, Amiruddin, salah seorang dari kami, mengajak aku dan Bondan menjauh. Kami pergi ke tempat yang agak tersembunyi. “Kalian tahu haji Surya, kan?” Amiruddin berbisik. “Kabarnya dia lagi berangkat ke Semarang, mau Lebaran di sana. Rumahnya kosong. Kalau kalian berminat ikut denganku besok malam saat orang-orang sholat tarawih, kita bisa bagi hasil…” Aku dan Bondan saling berpandangan. Sesaat otakku berputar, berusaha mencerna makna dari kalimat temanku itu. Tiba-tiba perutku terasa mual. Apa ini? Dia sedang membicarakan rencana perampokan? “Ada dua buah TV 29 inch di ruang tengah, satu lagi di kamar, dan sekotak perhiasan di lemari pakaian,” Amirudin sibuk menjelaskan. Jelas saja dia tahu benda-benda berharga milik haji Surya, karena dia mantan pegawai di rumah itu. Amir pernah bekerja sebagai tukang kebun lalu naik pangkat menjadi sopir pribadi, dan dipecat karena ketahuan pacaran dengan salah satu anak perempuan haji Surya. “Tugasmu hanya berjaga di luar, memberi tanda kalau ada orang datang, dan sebagai imbalannya, kau boleh memiliki salah satu dari TV 29 inch itu,” bujuknya. Dengan dada berdebar, aku mulai menghitung-hitung. TV 29 inch kan harga pasarannya sekitar dua juta. Kalau laku sejuta saja, itu akan cukup untuk membelikan Ayah… Oh, tidak! Aku bergidik dan menggelengkan kepala. “Tapi ayahmu sangat menginginkan sorban itu, dan memenuhi keinginan orangtua wajib hukumnya,” Bondan yang sudah terkena bujukan Amirudin berkata enteng. “Iya tapi bukan dengan jalan merampok,” bantahku. Amirudin tertawa dan menepuk bahuku. “Ya udah terserah. Tapi kalau kamu berubah pikiran, besok malam kita kumpul di pos kamling, aku akan paparkan strateginya. Dan ingat, ini misi rahasia.” Akhirnya, kami bertiga pun bubar. Malam itu aku tak bisa tidur. Rencana teman-temanku begitu mengusik batinku. Aku mencoba menghapus pikiran yang mengusik itu dengan memetik gitar di kamarku. Namun dari kamar bawah, Ayah terbatuk-batuk keras dan berteriak, “Gitar bututmu itu membuat telingaku sakit!” Esoknya aku bergerak ke sana kemari, meminjam uang ke sana-sini, kepada teman-temanku sesama pemuda mesjid, dan kepada orang-orang yang suka nongkrong di pangkalan ojek. Tapi seperti sebelum-sebelumnya, tak ada yang bisa membantuku. Hari semakin sore. Adzan maghrib tiba, namun bukannya senang karena bisa berbuka puasa, aku malah cemas. Ketika adzan Isya terdengar, dan orang-orang mulai pergi ke mesjid untuk tarawih, kita kumpul di pos kamling, kata-kata Amirudin terngiang lagi. Setelah sholat maghrib, aku tidak pergi ke mesjid untuk mempersiapkan karpet untuk sholat tarawih seperti biasanya. Aku mengurung diri di kamar. Bimbang. Lalu kupetik gitar pelan-pelan. Ayah terbatuk dan berteriak, “Bukannya ke mesjid atau ngaji, malah genjrang-genjreng. Makin hari kamu makin seperti berandalan saja!” Kulemparkan gitar ke sudut kasur. Bunyi senar beradu dengan pinggiran ranjang kayu membuat hatiku resah. Aku semakin gelisah. Sudah seminggu ini batuk-batuk Ayah semakin parah. Sudah beberapa kali aku mengantarnya berobat ke rumah sakit, namun belum sembuh juga. Aku takut Ayah takkan bertahan lebih lama. Sementara keinginannya untuk memiliki sorban belum terpenuhi. Apa yang harus kulakukan? Lusa adalah Lebaran, dan besok adalah hari terakhir di mana aku bisa membelikan sorban sebagai hadiah Lebaran untuknya. Aku tahu, sebetulnya Ayah tidak terlalu menginginkan sorban itu. Ayah ingin naik haji. Namun dia tahu, dia tak bisa meminta kepada anak-anaknya, meskipun kalau bertindak pasti kakak-kakakku mau mengabulkannya. Dan sorban adalah semacam pelipur lara hatinya. Hanya itulah satu-satunya hadiah yang ia tahu takkan memberatkan anak-anaknya, namun bahkan kakak-kakakku tak menggubrisnya. Kini hanya aku yang bisa mengabulkan keinginan Ayah – membelikan sorba itu sebagai hadiah. Tak terasa adzan Isya berkumandang. Amirudin dan Bondan pasti sudah menungguku di pos kamling. Akhirnya dengan sejuta kebimbangan merayap, sekaligus berputarnya akal sehat, kuganti baju koko dan sarungku dengan kaos oblong dan celana jins yang lebih simpel. Lalu pelan-pelan kubuka pintu kamar. Ayah sedang wiridan di kamarnya, dan kupastikan ia benar-benar tidak melihatku. Dengan hati-hati, aku berjalan keluar, menutup pintu dan meninggalkan rumah…. *** Hari Lebaran tiba. Suara takbir berkumandang melalui pengeras suara. Kakak-kakaku sudah datang dari rantau semua. Rumah ini jadi terasa ramai dan hangat kembali. Yah, meskipun hanya akan berlangsung dua atau tiga hari, lumayan lah untuk menghapus kesepianku bersama Ayah selama setahun ini. Tadi malam kami sudah berkumpul bersama, saling melempar canda tawa. Kakak-kakakku sibuk mengangkut oleh-oleh yang mereka bawa dari bagasi. Baju, sarung, peci, dan aneka jenis makanan mahal tertumpah semua di meja, menunggu giliran untuk dibuka oleh Ayah. Namun wajah Ayah tidak terlihat gembira. Kegembiraannya baru terlihat saat ia mengambil sebuah bungkusan kecil yang kuletakkan di antara tumpukkan hadiah mahal itu. Sementara aku menyibukkan diri untuk bermain bersama keponakan-keponakanku, mataku menangkap detik-detik ketika Ayah membuka hadiah itu. Hadiah sorban yang telah lama diimpikannya. Dan kedua matanya berkaca-kaca. Sepulang sholat ied, Ayah sudah menunggu kami untuk bergiliran sungkeman padanya. Dan sorban itu sudah melilit di kepalanya, membuatnya tampak seperti seorang ustadz betulan. Ketika aku sungkeman padanya, Ayah berbisik. “Aku sudah tahu,” katanya. Ia mengusap kepalaku dan mengucapkan terima kasih. Kurasakan air mata jatuh di pipinya, seperti halnya air mataku juga. Aku tahu, aku telah banyak mengecewakan Ayah. Sementara kakak-kakakku sudah sukses di rantau, aku masih menganggur di rumah. Tapi aku tahu, Ayah mengerti bahwa aku memilih tetap di rumah agar bisa menemani dan merawat Ayah – sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh kakak-kakakku. Aku tahu, Ayah mengerti banyak hal tentang diriku, jauh lebih banyak dari yang aku kira. Dan pagi ini ketika kami berjalan keluar rumah untuk bersalam-salaman dengan tetangga kompleks, terdengar rebut-ribut. “Ada apa ini?” tanya Ayah. Pak RT segera menghampiri kami dan menjelaskan, “Kemarin malam rumah haji Surya dirampok, dan perampoknya sudah tertangkap. Ternyata si Amirudin dan Bondan. Mereka babak belur dihajar warga. Kita harus cepat bantu mengamankan mereka.” Aku terdiam lama sekali, sementara Ayah menatapku. “Bukankah mereka teman-temanmu?” bisiknya. Aku tertunduk. Ah, ya Allah, seandainya aku tergoda untuk ikut dalam perampokan itu… Malam itu aku memang tidak pergi ke pos kamling tempat kami bertiga janjian. Aku…pergi ke rumah seorang teman. Membawa suatu misi yang sangat berat untuk kulakukan: menawarkan gitarku. Yah, meskipun sudah butut, tapi gitar itu sebetulnya mahal dan sudah jarang di pasaran. Gitar itu adalah hadiah dari Ibuku menjelang kelulusan – beliau membelikannya empat tahun lalu sebelum terkena sakit jantung dan meninggal. Karena temanku sudah lama mengincar gitar itu, dia setuju untuk membeli gitar kesayanganku dengan harga sejuta. Kini gitar itu sudah tiada. Dan Ayah tahu, aku begitu berat untuk melepasnya. Aku menginginkan gitar itu ada di sampingku seperti Ayah selalu menginginkan sorban impiannya itu. Namun bagiku, keinginan Ayah adalah yang terpenting, dan Ayah tahu itu… Lebaran itu adalah Lebaran paling berkesan dalam hidupku. Sekarang Ayah telah tiada, namun aku bersyukur telah memberinya hadiah Lebaran terindah yang pernah diinginkannya. (Diambil dari kumpulan kisah inspiratif ramadhan “Ramadhan di Musim Gugur” karya Elie Mulyadi. Please Like and Share !! Mau beli produk inovatif yang lucu unik dan murah dari China dengan harga termurah? Beli aja di Voilon

Ayo Like juga Fanspage kami >>> Voilon